Tahun 1994, waktu yang tidak akan terlupakan
bagi keluarga besar kami. Khususnya bagi diriku yang saat itu masih berusia 13
tahun. Tahun itu, ayah, ibu dan nenekku pergi ke luar negeri untuk pertama
kalinya, yaitu ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Karena pengalaman
pertama, maka persiapan yang dilakukan sangatlah detail.
Saat itu, mereka bertiga harus ke Jakarta
dulu via jalur darat menggunakan bus antar kota antar propinsi. Yang kemudian
berlanjut menggunakan pesawat menuju ke Arab Saudi. Selama 40 hari mereka
melaksanakan ibadah disana.
Kepulangan mereka membawa banyak cerita
sedih dan gembira seputar perjalanan spiritual tersebut. Ada satu cerita nenek
yang sangat menarik bagiku, cerita tentang ketersesatan nenek saat berada
disana. Cerita itu bergulir setelah mereka sudah berada di Indonesia.
Cerita berawal saat ibu tidak dapat
melaksanakan ibadah karena baru berhalangan, maka ayah menawarkan kepada nenek
untuk berangkat bersama. Saat mau berangkat ke masjid, ayah mendapati nenek
telah berangkat ke masjid duluan dengan teman lain kamar. Akhirnya ayah
memutuskan berangkat ke masjid sendirian.
Sesampai di masjid, teman nenek ada
keperluan lain, sehingga meninggalkan nenek seorang diri untuk pulang ke hotel
tempat mereka menginap. Sebelumnya ada dialog diantara mereka dalam bahasa
Jawa. “Berani pulang ke penginapan sendiri,” Tanya temannya.
“Insya Allah berani”, jawab nenek.
Saat meninggalkan masjid setelah beribadah,
nenek yakin bisa pulang ke penginapan sendiri. Namun baru beberapa meter
meninggalkan masjid, nenek merasa bingung jalan mana yang harus diambil. Mau
bertanya dengan orang sekitar, nenek tidak bisa berbahasa Arab. Di tengah
kepanikannya yang tidak tau jalan, nenek melihat askar Arab Saudi (Polisi Arab
Saudi) sedang berpatroli.
Sambil berlari, nenek mendekati askar,
dengan bahasa isyarat tertentu nenek menghentikan mobil patroli yang tengah
berjalan lambat. Setelah mobil berhenti, dengan bahasa arab disertai bahasa
isyarat, askar tersebut mengatakan “tunjukkan identitasmu,”.
Meskipun tidak mengerti bahasa arab, nenek
sedikit paham dengan bahasa isyarat tersebut nenek menunjukkan gelang identitas
bangsa Indonesia yang biasa dikenakan jamaah haji.
Jamaah haji Indonesia wajib mengenakan
gelang stainless steel yang berisi nama lengkap Jemaah, kota asal, nama kloter,
nomor parpor, embarkasi, dan maktab. Bahkan gelang tersebut bisa digunakan
sebagai pengganti paspor. Di gelang tersebut terdapat warna bendera Indonesia
yaitu merah putih sebagai identitas bangsa Indonesia. Gelang tersebut merupakan
karya anak bangsa yang berfungsi untuk memudahkan para jamaah haji menunjukkan
identitasnya, saya merah putih.
Untung saat itu nenek langsung teringat akan
kegunaan gelang tersebut. Saat melihat merah putih dari gelang nenek, salah
satu askar itu langsung menunjukkan bendera merah putih yang sedang berkibar
dari kejauhan. Dengan bahasa isyarat, nenek mengucapkan terima kasih ke askar
tersebut.
Dengan kepanikan yang masih sedikit tersisa
nenek melangkahkan kaki menuju bendera merah putih yang ditunjukkan askar tadi.
Tiang bendera merah putih tersebut mengingatkan nenek akan jalan pulang ke
penginapannya. Dengan penuh syukur nenek berjalan mantap menuju penginapan.
Sesampai di penginapan, nenek tidak berani bercerita
pengalamannya tersebut kepada ayah dan ibu. Beliau takut menjadi beban anaknya.
Dan cerita merah putih itu baru bergulir saat mereka sudah berada di negara Merah
Putih.
Telkomsel
sebagai identitas bangsa Indonesia
Cerita
merah putih nenek seperti ini tidak akan terjadi di era kekinian. Sebab
sekarang sudah jaman dimana komunikasi mudah dan murah. Apalagi Telkomsel sejak
tahun 2017 telah menghadirkan berbagai berbagai produk dan layanan untuk
memastikan pengalaman berkomunikasi yang tetap nyaman selama pelanggan berada
di tanah suci. Selama beribadah haji pelanggan Telkomsel tetap dapat
menggunakan layanan seluler dengan mudah tanpa mengganti kartu maupun setting handphone . Selain itu ada juga
paket haji 3 in 1 berupa layanan telpon, SMS dan internet yang tersedia dengan
harga hemat, serta tarif promo haji yang berlaku disemua jaringan operator di
Saudi Arabia.
Jamaah
haji juga tidak perlu khawatir kehabisan pulsa maupun kesulitan mendapatkan
layanan GraPARI Mekah, Madinah dan Jeddah yang buka setiap hari untuk melayani
kebutuhan jamaah haji. Diharapkan kehadiran GraPARI disana mampu meningkatkan
kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi terutama yang sedang melaksanakan
Ibadah Haji maupun ibadah umroh ataupun tenaga kerja Indonesia yang berada disana.
Berbagai solusi komunikasi bagi pelanggan hadir di GraPARI, seperti informasi
dan aktivasi produk dan layanan, upgrade 4G, dang anti kartu rusak atau hilang.
Selama musim Haji Telkomsel menggelar posko Haji yang ditempatkan dititik
keramaian untuk melayani pelanggan.
Layanan
haji yang dihadirkan Telkomsel bertujuan agar para jamaah di Tanah Suci dapat
tetap berkomunikasi dengan mudah dan nyaman, khususnya dengan keluarga yang
berada di Tanah Air, atau seperti nenek, ayah ibu yang ada di Tanah Suci juga.
Selama
berada di Tanah Suci, untuk melakukan panggilan telpon kemana saja Jamaah Haji
hanya dikenakan biaya Rp. 6000/ menit. Selain itu, untuk menerima panggilan
telpon dari mana saja Jamaah Haji hanya dikenakan Rp. 3000/ menit dan sementara
dapat berkirim SMS ke seluruh nomor tujuan, Jamaah cukup membayar Rp. 1000/
SMS, serta gratis menerima SMS dari manapun. Selain itu, jamaah haji dapat
menikmati akses internet sepuasnya seharga RP. 500/10 KB dengan biaya maksimum
Rp. 35.000/ hari. Pengecekan tariff lengkap Arab Saudi dapat dilakukan dengan
menghubungi *266*71#.
Beberapa waktu lalu. Telkomsel meluncurkan
merahputih,id yang merupakan layanan web terintegrasi guna memberikan beberapa
solusi layanan. Mail merah putih merupakan e mail gratis yang dapat
menghubungkan kehidupan digital seseorang. Layanan tersebut diantaranya gratis
kapasitas Inbox 50 GB dan kapasitas lampiran 100 MB.
Email merahputih.id memberikan akses
kemudahan, kenyamanan dan kecepatan bagi penggunanya. Merahputih.id merupakan
karya anak bangsa yang menunjukkan identitas bangsa. Telkomsel merah putih,
sebagai ikon bahwa anak bangsa mampu memberikan solusi kebutuhan negerinya,
sehingga tidak selalu bergantung pada luar. Identitas merahputih.id yang
digunakan tentunya menunjukkan jiwa nasionalisme sebagai Bangsa Indonesia.
Dengan kata merah putih orang langsung terlintas dalam benaknya bendera bangsa
Indonesia.
Sehingga pengguna merahputih.id secara tidak
langsung menunjukkan bahwa saya merah putih. Email merahputih.id hadir di
Indonesia menjawab keresahan masyarakat dimana tidak adanya email nasional
milik bangsa Indonesia. Lebih dari sekedar kemudahan komunikasi, akses yang
tersedia bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yang berujung pada
peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan, terkhusus lagi bagi
penunjukan identitas bangsa sebagai merah putih.
Dengan MPBoks kita bisa menyimpan foto, video dan dokumen gratis 2 GB melalui aplikasi penyimpanan dan back up kontak akses kapan dan dimana saja. Sayang saat itu tahun 1994 belum ada MPBoks jadi cerita nenek atau video beliau tidak dapat disimpan. Mulai saat ini saya dapat menyimpan moment berharga keluarga melalui MPBoks. Moment tersebut dapat saya simpan kapan dan dimana saja saya mau. Ayo manfaatkan kemudahan karya anak bangsa sebagai identitas bangsa dengan tunjukkan identitasmu “Saya Merah Putih”!!!! Kalau bukan kita siapa lagi, kalo bukan sekarang kapan lagi…..
Komentar
Posting Komentar