![]() |
SPOT foto sarang burung dan pintu langit di destinasi digital Tebing Langit, Sekupang, Batam. f Nova Andriani |
Aryani tiba-tiba mengurangi laju mobilnya saat melintas di Jalan Raya Ir Sutami, Sekupang, Batam, akhir pekan lalu. Ibu muda ini mengaku hendak menelpon seorang teman dari ponselnya.
Setelah menepi, wanita yang akrab disapa Ani ini kemudian merogoh ponselnya dari dalam tas tangan yang ada di pangkuannya. Setelah beberapa kali mengusap layar ponselnya, ia kemudian menempelkan gawainya itu ke telinga kirinya.
Tak lama berselang, ia terdengar berbincang dengan lawan bicaranya di ujung telepon. "Kak Lina, tempat foto-foto di sarang burung itu di mana ya? Kami mau kesana," kata Ani.
Sepertinya, yang diajak bicara belum sepenuhnya paham dengan 'sarang burung' yang dimaksud Ani. Sehingga ia mencoba mengulanginya dengan lebih detil.
"Itu lho, yang kakak upload di Instagram kemarin," kata Ani lagi.
Setelah berkata demikian, gelak tawa Ani terdengar. Tandanya ia sudah mendapatkan jawaban yang ia cari. Segera ia menutup panggilan teleponnya.
"Kita ke Tebing Langit yuk. Kata temenku lokasinya deket sini," kata Ani penuh semangat.
Rupanya, Ani baru saja stalking ke laman Intagram temannya, Lina. Di sana ia mendapati foto yang belum lama diunggah temannya itu. Sebuah foto dengan lokasi di atas pohon. Yang bikin foto itu tak biasa adalah tempat duduknya. Yakni sebuah sarang burung berukuran raksasa. Dalam keterangan fotonya, Lina menuliskan Tebing Langit, Sekupang, Batam-Kepri.
Tentu itu bukan sarang burung sungguhan. Melainkan hanya tema spot foto yang disediakan oleh pengelola destinasi digital Tebing Langit di Sekupang, Batam.
Jadilah perjalanan kami siang itu berlanjut ke Tebing Langit, Sekupang. Padahal, siang itu rencanya kami sudah hendak pulang setelah mengunjungi beberapa lokasi wisata di Sekupang dan sekitarnya. Mulai dari Taman Rusa hingga Hutan Wisata Mata Kucing.
"Kayaknya tempatnya bagus," kata Ani, masih dengan semangat 45-nya.
Benar saja, lokasi Tebing Langit memang tak jauh dari tempat kami berhenti. Tepatnya di kawasan Bukit Dangas, Sekupang.
Setelah memarkirkan mobil dan membayar tiket berkunjung Rp 10 ribu per orang, kami mulai masuk ke lokasi. Sesuai namanya, Tebing Langit memang berada di puncak bukit yang cukup tinggi. Jalan untuk menuju puncak tebing ini cukup curam sehingga harus ekstra hati-hati saat melintas.
Namun perjalanan mendaki yang cukup bikin berkeringat itu terbayar saat sudah sampai di atas bukit. Sebab dari ketinggian pengunjung bisa menyaksikan pemandangan sekeliling yang menakjubkan.
Memandang ke arah barat, mata akan dijamu dengan pemandangan hutan yang asri dan alami. Sementara pandangan ke arah selatan akan bertemu dengan pelabuhan lengkap dengan hilir mudik kapalnya. Sedangkan di sebelah utara, pemandangan didominasi permukiman warga.
Dan yang tak kalah menariknya, tentu adalah pemandangan di atas bukit itu sendiri. Apalagi secara kreatif pengelola menghadirkan sejumlah wahana dan spot foto yang sangat instgramable.
Mulai dari spot foto dengan tema sarang burung, pondok kayu, dan masih banyak lagi. Dan, spot foto paling fenomenal di Tebing Langit adalah pintu langitnya.
"Keren tempatnya, tapi bagi yang gendut seperti saya harus ekstra hati-hati saat naik sarang burung," kata Ani sambil tertawa.
Tebing Langit hanyalah satu di antara beberapa destinasi digital di Batam. Tak kalah dengan Tebing Langit, destinasi digital di Batam juga menawarkan pesonanya masing-masing. Nah, berikut ini beberapa destinasi digital di Batam yang sayang untuk tidak dikunjungi.
Kampung Terih
![]() |
DUA pengunjung berfoto ria di spot foto rumah pohon Kampung Terih. F.phinemo.com |
Kampung Terih terletak di Kecamatan Nongsa, Batam. Dari pusat kota, dibutuhkan waktu sekitar 30-45 menit untuk sampai ke lokasi. Ini merupakan destinasi digital ke-7 dari 30 destinasi digital yang ada di Indonesia saat ini.
Pembentukan desa wisata Kampung Terih ini berawal dari penjelajahan tim Penjelajah Alam Kepri (PARI) yang dimotori Inung Sulistyanto. Ini sebenarnya sebuah kampung yang telah ditetapkan sebagai kampung tua oleh Pemko Batam.
Namun PARI merasa kampung ini memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Sehingga Inung dan kawan-kawannya mencoba mengembangkan kampung tersebut menjadi destinasi digital.
Semangat anak-anak PARI ini mendapat dukungan positif dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Bukan hanya dukungan moral, Kemenpar juga menggelontorkan anggaran hingga puluhan juta untuk membantu pengembangan Kampung Terih.
Singkatnya, Kampung Terih ini resmi diluncurkan sebagai destinasi digital pada Desember 2017. Sebagai destinasi digital, tentu Kampung Terih menyajikan spot-spot foto yang sangat menarik untuk diunggah di media sosial.
Mulai dari spot pelantar kayu yang membelah hutan bakau, rumah pohon yang lengkap dengan hiasan payung warna-warni, hingga foto di atas perahu kayu yang eksotis.
Untuk masuk ke desa wisata ini, tiketnya sangat murah. Yakni Rp 5 ribu untuk wisatawan lokal, dan Rp 10 ribu untuk wisatawan dari luar Batam dan luar negeri.
Luar negeri? Iya, selain wisatawan lokal, Kampung Terih juga sudah dikunjungi ratusan turis mancanegara. Pihak pengelola mencatat setidaknya sudah ada turis dari 15 negara yang mengunjungi Kampung Terih. Ini membuktikan, konsep destinasi digital di Kampung Terih sudah sangat berhasil karena kini tempat itu dikenal hingga manca negara.
"Turis-turis asing itu tahu Kampung Terih dari foto-foto di medsos," kata Inung.
Pantai Nuvasa Bay
![]() |
DUA anak manusia di dalam sarang burung manyar di Nuvasa Bay, Batam. f. susanto. |
Tak jauh dari Kampung Terih, ada lokasi wisata digital yang tak kalah memesona: Pantai Nuvasa Bay. Tepatnya di Jl. Hang Lekiu, Sambau, Nongsa, Kota Batam. Dari Kampung Terih jaraknya cukup dekat dengan waktu tempuh hanya sekitar 15 menit saja.
Ada apa di Nuvasa Bay? Jawabannya: banyaaaakkk banget keseruan. Konsep wisata di Nuvasa Bay merupakan perpaduan antara wisata digital dan natural.
Digital karena di sini terdapat beberapa spot foto yang instgramable. Seperti spot foto dengan tema sarang burung manyar, spot foto dengan latar belakang mobil antik, hingga spot foto di atar tebing dengan latar air laut yang biru.
Konsep wisata Nuvasa Bay juga natural karena pengelola menawarkan konsep wisata yang berbau petualangan. Yakni track jalan kaki sepanjang dua kilometer yang membelah hutan belantara. Hutan di sini sengaja dibiarkan seperti aslinya agar pengunjung merasa seperti benar-benar di dalam hutan.
Nuansa hutan akan semakin terasa dengan hadirnya sekawanan hewan yang merupakan penghuni asli hutan Nuvasa Bay: monyet ekor panjang. Jika beruntung, pengunjung bisa menjumpai sekelompok hewan primata itu di sepanjang jalan di tengah hutan itu.
Bagi yang malas capek jalan kaki, tenaaang...pihak pengelola menyediakan boogie car. Cukup membayar Rp 25 ribu per orang, pengunjung sudah bisa keliling hutan hingga masuk area lapangan golf dengan mobil tersebut.
Harga tiket masuk nya lumayan murah juga. Untuk pengunjung dewasa usia 12 tahun ke atas Rp 35 ribu per orang. Sedangkan anak-anak usia 5 hingga 12 tahun dikenakan tiket Rp 25 ribu.
Selain berselfie ria di spot-spot fotonya, pengunjung sudah bebas mandi dan berjemur di pantai ala bule, hehehe.
Telaga Bidadari
Telaga Bidadari....f. arman |
Bergeser ke arah timur-selatan, mari kita singgah ke Telaga Bidadari. Plis, jangan dibayangin di sana ada tujuh bidadari yang turun dari langit dan mandi di telaga. Apalagi sampai ngayal akan mencuri kembennya, hehehe.
Telaga Bidadari terletak di Simpang Dam, Mukakuning, Batam. Namun akses ke Telaga Bidadari bisa dari beberapa pintu masuk.
Tetapi biasanya pengunjung lebih suka masuk ke Telaga Bidadari melalui pintuk Kampung Aceh, Simpang Dam. Dari sini, pengunjung bisa masuk dengan motor atau kendaraan lainnya hingga ke ujung jalan Kampung Aceh. Selanjutnya, kendaraan diparkir dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki.
Soal keamanan kendaraan tak perlu cemas. Sebab sudah ada petugas yang akan mengawasi dan menjaga kendaraan pengunjung. Dengan catatan, pengunjung mebayar biaya parkir plus penitipan kendaraan sebesar Rp 5 ribu untuk motor dan Rp 10 ribu untuk mobil.
Dari ujung jalan Kampung Aceh ini, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki melewati hutan lindung Mukakuning. Jarak Telaga Bidadari dari titik ini sangat jauh. Sekitar 4 kilometer. Tapi justru di situlah keseruannya.
Sebab meskipun jauh, perjalanan menuju Telaga Bidadari ini dijamin tidak akan membosankan dan melelahkan. Karena, pengunjung akan melaui hutan lindung yang rindang. Di sebelah kiri jalan terdapat danau yang dikelola ATB untuk air minum.
Setelah melewati beberapa halangan dan rintangan bak Kera Sakti, hehehe, pengunjung baru bisa mencapai Telaga Bidadari. Sesuai dengan namanya, destinasi wisata ini berupa telaga yang dilengkapi air mancur.
Yang menarik, Telaga Bidadari ini masih sangat alami. Belum mendapat sentuhan tangan manusia. Lokasinya juga benar-benar di tengah-tengah hutan lindung yang rindang.
Lalu, dimana digital nya? Itulah keunikan Telaga Bidadari. Meskipun belum mendapat sentuhan tangan kreatif manusia, pesona Telaga Bidadari sudah cukup viral di dunia maya.
Selain foto di tengah telaga atau di bawah air terjun, biasanya para wisatawan milenial hobi berswafoto di dekat sumber air Telaga Bidadari. Lokasinya sedikit ke atas dari posisi telaga dan air terjun.
Di sini, spot foto yang menjadi favorit netizen adalah hamparan rumput yang warnanya hijau gelap. Pemandangan ini semakin sempurna dengan latar belakang foto berupa pepohonan purba yang tinggi menjulang.
Dan, hasil foto akan semakin ciamik jika momen pengambilannya tepat. Yakni sebelum tengah hari. Sebab di saat-saat itu, sinar matahari menembus celah di antara pepohonan besar. Sehingga jika difoto menghasilkan efek gambar yang memukau.
Selain memenuhi hasrat berfoto, terlalu sayang kalau sudah ke Telaga Bidadari tetapi tidak mandi. Karena mandi di sini akan membawa nuansa segar bada tubuh. Ini karena air di Telaga Bidadari sangat-sangat sejuuuuk.
Mungkin ini karena mata air Telaga Bidadari masih terlindungi oleh hutan. Selain itu, lokasi telaga memang berada di tengah hutan lindung, sehingga tidak banyak sinar matahari yang masuk.
Sekadar saran, sebaiknya membawa bekal makanan yang cukup jika berwisata ke Telaga Bidadari ini. Sebab hawa dingin khas hutan belantara membuat perut terasa lapar terus. Apalagi kalau sempat mandi di telaga, dijamin pengennya makan sebanyak-banyaknya sesaat setelah naik dari air yang dinginnya menusuk tulang.
Dan, jangan lupa tetap peduli lingkungan ya. Karena tak jarang wisatawan yang suka membuang sampah sembarangan di sekitar telaga maupun di sepanjang jalan dari dan ke lokasi Telaga Bidadari.
Pantai Viovio
![]() |
Ayunan cinta di Pantai Viovio, Batam. f instagram |
Agak menjauh dari pusat kota, mari kita berkunjung ke Pantai Viovio. Pantai ini terletak di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang. Lokasinya memang sangat jauh dari pusat Kota Batam. Sebab pantai ini terletak di pulau kelima dari pulau-pulau yang dirangkai dengan jembatan dan jalan transbarelang. Jarak lokasi dengan pusat kota sekitar 60 kilometer.
Namun jangan sedih, pemandangan yang ditawarkan Pantai Viovio sebanding dengan jauhnya lokasi. Selain memiliki pasir yang putih bersih, pantai ini juga dilengkapi dengan sejumlah spot foto yang menarik dan tentunya instagramable.
Bahkan pantai ini tenar gara-gara foto ayunan cinta yang pernah viral di jagat medsos. Ini lah spot foto andalan di Pantai Viovio.
Selain itu, Pantai Viovio juga menawarkan pemandangan matahari terbenam atau sunset yang sangat unik. Sebab pantai ini menghadap ke laut lepas, sehingga pengunjung bisa menyaksikan proses tenggelamnya sang surya dengan sangat intim.
Untuk masuk ke kawasan Pantai Viovio ini juga tidak mahal. Yakni hanya cukup membayar Rp 10 ribu saja.
Itu dia beberapa destinasi wisata digital yang layak dikunjungi di Batam. Bukan hanya untuk para generasi milenial, destinasi digitak juga boleh kok dikunjungi wisatawan yang ingin family time bersama keluarga tercinta. ***
Komentar
Posting Komentar